watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

FANTASI AKHIR PEKAN

Aku dan istriku tak pernah memiliki apa yang
anda biasa sebut dengan kehidupan seks yang
menarik. Saat kami melakukan seks, biasanya
hanya dalam posisi yang wajar saja. Irama
kehidupan seks kami yang boleh kukatakan
membosankan itulah, aku mulai berfantasi
tentang 'hal dan orang lain'. Untuk bahan
fantasiku, aku membiasakan menonton film
porno di malam hari setelah semua orang di
rumah tidur.
Yang mengejutkanku, kebanyakan film porno itu
selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam
usia kepala tiga, aku tak pernah memikirkan
wanita yang lebih muda sampai aku
menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau
ternyata gadis-gadis muda sangatlah panas.
Hal lain yang menarik perhatianku adalah
kenyataan kalau permainan lesbian sangat
populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda
yang mencumbui vagina gadis muda lainnya
yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.
Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai
mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga
orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku
mulai memperhatikan mereka, kulihat cara
mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala
tingkah laku mereka. Mereka menjadi obsesiku
sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun
pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di
balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting
mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan
dalam rumah. Aku terus mengamati mereka
sampai semuanya beranjak menjadi seorang
gadis muda yang sempurna.
Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai puting
yang paling besar, branya mungkin D-cup atau
lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik,
tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman
cowoknya banyak yang memperhatikan
dadanya. Irma juga mempunya pantat yang
kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang
paling tua di antara saudara-saudaranya, dia
sering bertingkah seperti gadis berusia separuh
umurnya.
Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang paling
cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia
pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa
pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi
melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di
samping itu dia tomboy, aku jadi
mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih
suka berada di antara cowok daripada cewek.
Eva yang di tengah, di antara anak-anakku,
bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia
mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki
tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya,
atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang
hingga melewati bahunya, dan matanya selalu
nampak mempesona. Masalahnya dia yang
paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga
sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan
selalu memakai pakaian yang memperlihatkan
hal itu. Di antara anak-anakku, Eva lah yang jadi
bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku
menyetubuhi istriku, Eva lah yang ada dalam
benakku!
Kisah ini bermula dengan Irma dan temannya
Cindy. Cindy setahun lebih muda, tapi mereka
sangat akrab. Cindy selalu menginap di rumah
kami setidaknya sekali sebulan. Cindy sangat
kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.
*****
Suatu malam saat Cindy menginap, aku mulai
melihat film porno seperti biasa. Suaranya
kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada
orang yang mendekat. Lagipula aku dengar
suara berisik dari kamar Irma. Kupikir mereka
sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan
begadang sampai pagi ngomongin tentang
cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi
urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana
suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang
sedang ngobrol. Kadang kudengar suara
erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.
Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih
mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan
benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau
saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran
sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar
teriakan kenikmatan.
Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang
kulihat didalam sangat mengejutkanku. Cindy
dan Irma berbaring di lantai dengan Tia diantara
mereka. Kepala Cindy berada diantara paha Irma
dan kepala Tia ada di sela paha Irma..
Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan
kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak
naik turun dengan cepat karena nafasnya.
Putingnya ternyata lebih besar dari yang
kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya
sendiri saat Cindy menjilati kelentitnya dan dua
jarinya yang terbenam pada vagina Irma. Mata
Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan
Cindy.
Aku terus memperhatikan mereka hingga paha
Irma mencengkeram kepala Cindy dan terlihat
sepertinya dia akan 'memecahkan' putingnya
sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada
wajah Cindy. Kelihatannya Cindy juga telah
orgasme dalam waktu yang sama, karena dia
mengangkatkan kepalanya dari paha Irma
dengan cairan vagina yang menetes jatuh di
pipinya seiring dengan tubuhnya yang
mengejang dan kudengar sebuah umpatan
keluar dari bibirnya. Aku terkejut mundur saat
kurasakan ada tubuh yang menekan
punggungku. Saat kutengok, kulihat Eva sedang
berdiri di depanku. Eva memandangku dengan
mata indahnya dan bertanya..
"Apa Papa menikmatinya?" lalu dia melihat ke
bawah dan meremas penisku yang sudah keras.
"Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa
menikmatinya."
"Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan
bergabung dengan kami?" tanyanya bersamaan
dengan tangannya yang bergerak masuk dalam
celanaku dan mulai meremas penisku dengan
pelan.
Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain
selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..
"Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh
Papa." Aku dengar suara Irma saat aku mulai
menjauhi mereka.
"Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!"
Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan.
Aku telah melewatkan kesempatan untuk
mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis
muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi
nyata.
Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping
isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku
melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali
ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya,
kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku
keluar dalam beberapa menit saja, baru saja
kukeluarkan penisku..
"Bagaimana denganku?" kudengar isteriku
bertanya dan memegang penisku yang masih
keras.
Dia bergerak naik di atasku dan segera
memasukkan kembali penisku dalam vaginanya.
Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini
juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku
bergerak naik turun dan dapat kurasakan
tangannya yang mempermainkan kelentitnya
saat dia bergerak diatasku.
Melihat isteriku yang berusaha meraih
orgasmenya membuatku terangsang kembali.
Kuremas payudarnya, kubayangkan yang
berada dalam genggamanku adalah milik Irma.
Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan
lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku.
Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin
menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya
kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot
padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang
pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia
benar-benar puas dengan kehidupan seks kami
sebelumnya.
Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali
ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan
segera menindihnya. Langsung kuhisap
putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia
dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan
sebelumnya. Aku mulai merasakan orgasmeku
akan segera meledak. Saat puncakku semakin
dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang
membawanya pada orgasmenya. Dan saat
kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada
penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam
tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh
menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.
"Tadi sungguh hebat" kata isteriku.
"Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi."
*****
Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku
sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian
tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan
mataku menikmatinya dan tanganku bergerak
kebawah mulai mengocok penisku yang
mengeras. Aku hampir saja mendapatkan
orgasmeku saat kudengar..
"Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang
melakukan untuk Papa?"
Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat
Irma dan Cindy berdiri di pintu kamarku.
Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan
bayangan wajah Cindy yang belepotan dengan
cairannya Irma yang melintas di benakku.
"Ups, terlambat!" kata Irma saat mereka
meninggalkan kamar.
Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku
hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku
membuka pintu kamar mandi dan menyelinap
masuk.
"Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-
senang."
Isteriku berjongkok di depanku dan
memasukkan penisku yang masih loyo ke
mulutnya. Penisku mulai membesar dalam
mulutnya karena rangsangan lidahnya yang
bergerak liar. Penisku makin membesar dan
kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke
tenggorokannya. Dia tak menariknya keluar dan
bibirnya semakin ditekankan ke rambut
kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan,
gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat
yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama
kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh
dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami.
Isteriku mempunyai keahlian yang
disembunyikan dariku.
Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari
tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi
seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku
yang terkubur dalam mulutnya dan dengan
pelan dikeluarkannya lagi.
"Kamu menyukainya sayang?" tanyanya.
Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan
hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai
menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya,
dan tetap memandangku saat dia melakukan itu.
Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku
tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-
tiba dia berhenti..
"Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya.
Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu."
katanya.
Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk
di depanku, merapatkan pantatnya padaku.
Penisku terjepit di lubang anusnya maka
kuarahkan pada vaginanya.
"Siapa suruh mengalihkan senjatamu?"
tanyanya.
"Kembalikan ke tempat semula!"
Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku
ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan
sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan
dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat
barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala
penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi
belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu
saja, hanya kepalanya saja.
Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke
belakang dan memperhatikan aku memasukkan
batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat
menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya
dan mendorong lebih keras lagi untuk
memastikan aku telah memasukinya seutuhnya.
Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat
merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku
terpukau akan pemandangan penisku yang
terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan
aku bergerak mundur.
Saat hampir seluruhnya keluar kemudian
kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-
benar keluarkan penisku dan menggodanya,
mengoleskan kepalanya saja pada lubang
anusnya. Lalu benar-benar kusingkirkan
menjauh dan melesakkan batang penisku
kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak
maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan
dan keras. Tak terlalu lama orgasmeku mulai
naik. Dia pasti dapat merasakannya karena dia
mulai memainkan tangannya pada vaginanya,
berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri.
Untung saja dia mendapatkannya sebelum aku.
Saat kurasakan orgasmenya segera meledak,
aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang
dalam setiap hentakan. Dia mulai mengerang
dengan keras seiring hentakanku terhadapnya.
Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme
merengkuhnya, milikku segera datang!
Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan
membiarkan spermaku bersarang dalam lubang
anusnya. Isteriku berteriak saat orgasme datang
padanya secara berkesinambungan seiring
ledakan spermaku yang kuberikan padanya.
Akhirnya, aku selesai, tapi dia mendapatkan
orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar
dari jepitan lubang anusnya.
Isteriku membersihkan tubuhku lalu
mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku
melangkah ke kamar kami dan berganti pakaian.
Baru saja aku selesai memakai pakaian saat
isteriku keluar dari kamar mandi dan muncul
dalam kamar.
"Tadi benar-benar indah" katanya.
"Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti.
Sekarang keluarlah dan nonton TV."
*****
Anak-anakku, tanpa Cindy pulang tak lama
kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku
lihat pertandingan bola, dan mereka melakukan
apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu
sore.
Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-
gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja
seperti biasanya. Tak ada seorangpun yang
bicara atau menanyakan tentang kejadian
minggu lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya
sepulang dia kerja. Anak-anakku juga bersikap
seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi mulai
berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku
bermimpi tentang itu?
Saat aku pulang kerja di hari Jum'at, anak-anaku
meminta ijinku apa temannya boleh menginap
nanti malam. Cindy ingin meghabiskan kembali
akhir minggunya bersama kami dan Eva ingin
temannya Ami bermalam juga. Aku suka Ami.
Dia anggun. Kalau saja aku masih remaja, aku
pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Eva,
memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami
memiliki wajah yang dapat membuatnya
dengan mudah jadi seorang model kalau dia
mau.
Malam harinya semuanya pergi tidur lebih awal.
Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas
hariannya, baik itu sekolah atau kerja. Saat kami
bangun hari Sabtunya, semua orang memintaku
untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku
maengajak mereka semua pergi ke toko untuk
belanja. Aku beristirahat sejenak kemudian pergi
mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka
pulang nanti.
Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya mereka
memborong semua barang-barang di toko. Aku
bilang pada mereka kalau hanya aku saja yang
memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau
jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi
tugas. Dengan semua belanjaan yang mereka
borong, memerlukan hampir dua jam untuk
memasaknya. Badanku bau asap dan terasa
sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah, tak
ada seorangpun di ruang keluarga ataupun
dapur.
"Hey! Dimana kalian?" teriakku, "Saatnya makan!"
"Ya!" kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi
tak ada seorangpun yang datang untuk makan.
"Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada
yang mau makan?" tanyaku jengkel.
"Ada!" kembali hanya jawaban yang kudengar
dari kamar Irma.
Aku mendekat ke kamar Irma dan ternyata
pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok
kedalam, kulihat para gadis dengan berbagai
posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar
lebih terbuka.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Sedang menunggu Papa." Eva menjawab dan
mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.
"Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi
akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan
mudah."
"Sudah Papa bilang. Mama kalian akan
membunuhku!" tangkisku.
"Tidak, aku tak akan melakukannya!" kudengar
suara isteriku saat kulihat dia mengangkat
kepalanya di antara paha Irma.
"Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku
menolak mereka?"
Eva menarik tanganku ke tengah kamar. Baru
kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan
selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya.
Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang
kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang
dengan putingnya yang menunggu untuk
segera dihisap.
"Bisa apa aku menolak mereka?" pikirku saat aku
rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting
itu.
Kurasakan puting Eva membesar dalam
mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai
menggigitnya pelan. Saat aku sedang sibuk
dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik
turun resletingku. Lalu tangan itu merogoh
kedalam celana dalamku dan mengeluarkan
penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati
Ami sedang mengarahkan penisku ke mulutnya
dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk
tubuh Irma dengan tanganku sampai pada
vaginanya yang tak berambut, dan menyelipkan
jariku padanya. Dapat kurasakan kehangatan
dalam vaginanya dan basah saat jariki
kutekankan masuk dengan pelan. Aku berusah
untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi
terasa ada yang menahan gerakanku. Eva
memandangku..
"Ya, Eva masih perawan, dan jari Papa adalah
benda pertama yang memasuki vagina Eva. Eva
harap penis Papalah yang kedua." aku
membungkuk dan mencium Eva, bibir kami
seakan melebur bersama, sebuah ciuman yang
sempurna.
Sementara itu, Ami masih mengoralku.
Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat
kebawah, kepalanya bergerak maju mundur
pada batang penisku. Aku tak ingin
mengeluarkan sperma pertamaku dalam mulut
Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina
perawan Eva dihadapanku. Maka kukeluarkan
penisku dari mulut Ami.
"Kita dapat melanjutkannya nanti." kataku
padanya.
Kudorong Eva ke tempat tidur, menindihnya
dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku
bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati
lehernya, dan kutinggalkan bekas disana agar dia
mengingat kejadian indah ini nantinya. Kemudian
aku bergerak ke dadanya, menghisapi
putingnya. Ini mengakibatkan beberapa
lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit
lembut putingnya dan punggungnya terangkat
sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke
perutnya hingga akhirnya bermuara pada
vaginanya yang tak berambut.
Kupandangi sejenak lalu kubenamkan hidungku
pada celahnya. Aroma yang keluar dari
vaginanya semakin membuatku mabuk. Saat
kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi
jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku
merasakan untuk pertama kalinya hampir saja
membuatku orgasme! Eva telah basah dan siap
untuk aksi selanjutnya. Penisku membesar dan
keras hanya dengan membayangkan apa yang
segera menantiku didepan wajahku ini.
Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh dalam
lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala
penisku yang menguak beranda
keperawanannya. Eva mengalungkan lengannya
dileherku dan menjepit pinggangku dengan
kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya
lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan
yang menyambut kepala penisku. Aku tak dapat
menahannya lebih lama. Eva sangat panas,
basah dan rapat!
Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku pada
vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar
menyambutku, ke-basahannya mengundangku
masuk. Kehangatan vaginanya membungkus
kepala penisku saat aku menyeruak masuk. Aku
terus menekan kedalam dengan pelan meskipun
aku ingin segera melesakkannya kedalam
dengan cepat seluruh batang penisku. Akhirnya
dapat kurasakan dinding keperawanannya, batas
akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi
seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat
di mata.
"Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi Papa janji
sakitnya hanya sebentar saja." kurasakan kakinya
menjepit pinggangku lebih rapat saat aku
merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya jebol
juga dinding itu.
"Aargh! Gila! Sakit, Pa!" katanya dengan mata
yang berkaca-kaca. Vaginanya mencengkeram
batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup
dan rasa sakit.
"Tenang sayang, sakitnya akan segera hilang."
dan kuteruskan menekan ke dalam sampai
akhirnya terbenam semua di dalamnya. Aku
diam sejenak, membiarkannya untuk
beradaptasi.
"Gimana? Udah baikan?" tanyaku. Dia anggukkan
kepalanya.
"Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi
juga terasa enak berbarengan."
Aku mulai menarik dengan pelan, hanya
beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya
lagi dengan lembut. Aku khawatir menyakitinya,
tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin
segera menembakkan spermaku. Aku ingin
menikmati rasa vaginanya selama mungkin.
Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya
mendongak ke atas dan matanya terpejam.
Kupercepat kocokanku, menariknya hampir
keluar dan menekannya masuk kembali dengan
pelan, menikmati rasa sempit vaginanya pada
penisku. Eva mulai memutar pinggulnya seiring
hentakanku. Tempo dan nafsu kami semakin
meningkat cepat. Kurendahkan tubuhku dan
mencium lehernya dan bahunya. Tiap gerakan
tubuh kami mengantarku semakin dekat pada
batas akhir.
"Ya Pa! Ya! Rasanya Eva hampir sampai!"
"Papa juga sayang!" Dan kulesakkan ke
dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan
berlawanan arah dengannya mencoba sedalam
mungkin saat kuledakkan sperma semprotan
demi semprotan kedalam vaginanya. Dapat
kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh
keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.
Tubuh Eva bergetar di bawahku, tangan dan
kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan
kutarik dan kudorong lagi semakin dalam
padanya saat persediaan spermaku akhirnya
benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu
menciumnya.
"Eva, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa
dapatkan." aku lupa kalau kami tak sendirian
dikamar ini.
"Aku dengar itu!" kata isteriku.
"Kita akan lihat apa kita bisa mengubah
anggapanmu itu!"
Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini,
aku sadar 'kesenanganku' baru saja akan dimulai.
E N D


Adult | GO HOME | Exit
1/657
U-ON

inc Powered by Xtgem.com